Sabtu, 19 Januari 2013

Banyak Faktor Yang Dapat Memengaruhi Terjadinya Mobilitas Sosial

Faktor-faktor tersebut antara lain status sosial, kondisi ekonomi, situasi politik, pertambahan penduduk, dan petualangan. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan dalam materi berikut:

  • Status Sosial

Status sosial adalah tingkatan atau kedudukan sosial seseorang di masyarakat. Semakin tinggi status sosial seseorang, dia akan semakin dihormati. Mengapa? Karena biasanya orang yang berstatus sosial tinggi memiliki kekayaan, kekuasaan, dan peran sosial yang juga tinggi (besar). Oleh karena itu, semua orang akan selalu berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Setiap orang dalam masyarakat pasti ingin dihormati dan dihargai, karena itu ia ingin mendapatkan status sosial yang lebih baik. Jika ia hanya menjadi warga biasa, maka ia akan selalu berusaha agar dapat memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain. Sesuatu tersebut dapat berupa kekayaan, pendidikan, atau pengetahuan yang lain.

Contohnya seorang pegawai pada perusahaan tertentu yang menjadi staf akan bekerja dengan giat, karena ia berharap kinerjanya dapat dinilai baik oleh pimpinannya, sehingga dapat naik jabatan, misalnya menjadi manajer. Dengan menjadi manajer perusahaan, berarti ia dapat meningkatkan status sosialnya. Ia akan lebih dihormati, berkuasa, dan sekaligus mendapatkan gaji yang lebih besar.

Proses pencapaian status sosial dalam masyarakat sering diwarnai dengan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan tidak mengindahkan nilai, norma, dan keberadaan orang lain. Sebutkan perilaku-perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam proses pencapaian status sosialnya!
  • Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi mempunyai fungsi penting dalam memperoleh penghargaan masyarakat. Terutama di kota-kota besar, kekayaan menjadi simbol utama dari status sosial. Gejala-gejala ini sebenarnya juga dijumpai pada masyarakat tradisional, hal ini biasanya sering dihubungkan dengan upacara-upacara adat. Tidak jarang upacara adat memerlukan biaya besar dan yang mampu mengadakannya hanyalah orang-orang yang secara material mampu. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk meningkatkan keadaan ekonominya.

Orang yang miskin pasti sangat menginginkan kehidupannya berubah menjadi lebih kaya. Karena kemiskinan berarti memiliki status sosial yang rendah dan kurang dihargai oleh masyarakat. Oleh karena itu, ia termotivasi untuk bekerja dengan giat agar dapat menjadi lebih kaya. Contohnya pedagang kecil tentu akan berusaha untuk menjadi pedagang yang lebih besar. Ia akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk membesarkan usahanya, sehingga setiap tahun diharapkan pendapatan usahanya akan terus meningkat.
  • Situasi Politik

Situasi politik bersifat dinamis, artinya setiap saat selalu berubah. Pada dunia modern di mana demokrasi dianggap sebagai acuan ketatanegaraan, maka politik menjadi pilihan yang sangat mudah untuk menaikkan status sosial seseorang ataupun suatu kelompok. Organisasi politik seperti partai politik, dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan.

Apalagi bila ia mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya. Pada masyarakat yang demokratis di mana lembaga pemilihan umum memegang peranan penting dalam pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi politik mempunyai peranan yang sama walaupun dalam bentuk yang lain.

Supaya seseorang terpilih, terlebih dahulu dia harus membuktikan dirinya sebagai orang yang mempunyai kepribadian yang baik, aspirasi-aspirasi yang baik, dan sebagainya. Hal itu paling mudah dapat dilakukan dengan cara menjadi anggota salah satu organisasi politik.

Politik adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam menetapkan suatu tujuan dan proses-proses dalam pencapaian tujuan tersebut. Politik biasanya berkaitan dengan proses pencapaian kekuasaan.

Contohnya seorang warga biasa dapat meningkatkan status sosialnya dengan cepat. Caranya yaitu dengan aktif dalam suatu partai politik tertentu. Melalui partai politik tertentu, seorang warga biasa dapat menjadi anggota DPR , kepala daerah atau bahkan dapat mencalonkan diri untuk menjadi presiden. Jika dalam pemilihan umum (pemilu) dapat memenangkan pemilihan pejabat, maka ia akan langsung dapat diangkat menjadi pejabat tertentu. Artinya, pada saat itu ia dapat langsung memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat.
  • Pertambahan Penduduk

Pertambahan penduduk yang terus berkembang menyebabkan kepadatan yang tinggi. Akibat dari kepadatan penduduk ini adalah:
  1. kemiskinan,
  2. pendidikan rendah, dan
  3. kesehatan rendah.
Pada daerah yang berpenduduk padat, biasanya terdapat daerah kumuh (slums) yang identik dengan kehidupan miskin. Tentunya daerah-daerah padat di perkotaan menjadi sangat mengganggu kehidupan. Banyak tudingan negatif pada daerah kumuh tersebut seperti rawan kriminalitas, rawan penyakit, dan lain-lain.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk tersebut, pemerintah melakukan tindakan dengan memindahkan sebagian penduduk tersebut ke daerah yang kurang padat penduduknya. Perpindahan ini dinamakan dengan Transmigrasi. Jadi, pada transmigrasi akan terjadi mobilitas sosial horizontal.
  • Petualangan

Salah satu sifat dasar dari manusia adalah rasa ingin tahu. Sifat inilah yang mendorong terjadinya petualangan. Tetapi sifat petualangan ini tidak selamanya berkembang pada diri manusia karena beberapa alasan. Alasan utamanya adalah masalah biaya. Sedangkan alasan lainnya adalah kemampuan fisik, takut perubahan, dan sebagainya. Petualangan menyebabkan orang ingin tahu daerah lain. Oleh karena itu, ia melakukan perpindahan tempat sementara, sehingga terjadi mobilitas sosial horizontal. Petualangan bersifat sementara, karena hanya berlangsung beberapa saat. Salah satu bentuk petualangan adalah pariwisata.

Contohnya orang-orang kota biasanya senang dengan berwisata. Mereka umumnya melakukan kegiatan wisata untuk menghilangkan kejenuhan setelah bekerja. Ada istilah weekend yang berarti liburan akhir pekan, yaitu berlibur ke luar kota pada hari Sabtu dan Minggu setelah bekerja keras di hari sebelumnya.

Saluran Mobilitas Sosial Untuk Mempermudah Terjadinya Proses Mobilitas Sosial

Untuk mempermudah terjadinya proses mobilitas sosial diperlukan beberapa saluran mobilitas. Saluran mobilitas ini akan mempercepat terjadinya perubahan kedudukan sosial. Saluran mobilitas ini di antaranya adalah:

  • Perubahan Tempat Tinggal

Perubahan tempat tinggal berarti perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Mobilitas ini sangat mudah terjadi karena hanya dengan berpindah ke tempat lain berarti akan terjadi mobilitas sosial.

Contohnya seseorang yang sekarang tinggal di desa atau kelurahan A, karena sesuatu hal ia pindah ke desa atau kelurahan B. Dengan demikian ia melakukan perpindahan kedudukan pada level yang sama tetapi hanya tempatnya saja yang berbeda. Perpindahan tempat tinggal juga dapat mengubah kedudukan sosialnya. Misalnya seseorang yang berpindah rumah dari daerah perkampungan ke daerah perumahan elit. Dalam hal ini, di samping terjadi mobilitas horizontal juga terjadi pula perubahan status sosial.

Menurut Pitirim Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi, dan keahlian.
  • Perkawinan

Sudahkah Anda memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)? Coba Anda perhatikan identitas diri Anda! Apabila Anda belum memilikinya, coba Anda lihat pada teman yang sudah memiliki KTP! Apakah dalam identitas diri terdapat keterangan tentang status? Pasti ada. Keterangan status di KTP tersebut terdapat kata kawin atau tidak kawin atau sejenisnya.

Perkawinan secara otomatis akan mengubah status sosial seseorang. Dengan perkawinan, seseorang membentuk sebuah keluarga baru. Apabila dalam keluarga sudah memiliki anak, maka yang laki-laki (suami) akan berubah statusnya menjadi seorang ayah. Sebaliknya, seorang perempuan (istri) akan menjadi seorang ibu. Perkawinan dapat pula mengubah status sosial lainnya.

Contohnya seorang wanita biasa yang menjadi istri pejabat misalnya bupati, maka ia otomatis akan menjadi orang yang dihormati sebagaimana istri pejabat. Ia akan ikut berubah status sosialnya. Demikian pula jika ia kawin dengan seorang lurah atau dokter. Ia mendapat sebutan sebagai bu lurah atau bu dokter, walaupun ia tidak pernah menjadi lurah atau sekolah dokter.
  • Keanggotaan dalam Organisasi

Organisasi sosial menjadi suatu lembaga yang penting dalam masyarakat. Dengan menjadi anggota organisasi tertentu, seseorang akan mendapatkan status sosial yang lebih tinggi. Bahkan dengan berorganisasi ia dapat meraih posisi tinggi di masyarakat.

Seseorang yang menjadi anggota organisasi misalnya partai politik, di masyarakat ia akan memiliki status yang lebih tinggi dari orang lain yang tidak ikut dalam organisasi. Terlebih lagi ia akan naik statusnya apabila dapat menjadi ketua organisasi tersebut. Dengan menjadi ketua berarti ia akan menjadi pemimpin suatu golongan masyarakat. Bahkan dengan menjadi ketua atau anggota partai politik, mungkin ia dapat menjadi seorang pejabat seperti bupati, gubernur, menteri bahkan menjadi presiden.
  • Tingkat Pendidikan

Pendidikan menjadi penting karena menunjukkan kemampuan seseorang dalam bidang ilmu dan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak dan luas ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Dengan bekal pendidikan yang semakin tinggi akan membuka kemungkinan untuk meningkatkan kedudukan atau jabatan dan pendapatan, karena akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan.

Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran konkrit dari gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan di mana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu pula, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu.

Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat dimasuki oleh lapisan yang rendah, maka dia akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal. Di Indonesia, secara relatif dapat dilihat kedudukan apa yang ditempati oleh mereka yang hanya tamat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Perguruan Tinggi, dan seterusnya, walaupun kenyataan belum menunjukkan adanya kedudukan yang sesuai bagi mereka dalam hal-hal tertentu. Contohnya sebuah perusahaan menerima pegawai 2 orang,
yang satu berpendidikan SMP dan yang satu SMA.

Tentu dalam penempatan pegawai akan terdapat perbedaan. Orang yang lulus SMA mungkin akan ditempatkan sebagai staf administrasi, sedangkan yang lulusan SMP hanya sebagai pesuruh. Tentunya gaji yang diperolehnya pun juga akan berbeda. Peluang untuk meningkatkan karir akan lebih terbuka bagi yang lulusan SMA.

Jika pegawai yang lulusan SMA kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi maka tidak menutup kemungkinan akan membuka peluang karirnya menjadi pimpinan perusahaan. Hal ini berarti akan meningkatkan status dan juga penghasilannya. Sedangkan bagi pegawai yang hanya lulusan SMP, ia tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan demikian berarti ia sulit untuk meningkatkan status sosialnya.
  1. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Pengelompokan masyarakat membentuk delapan kriteria diferensiasi sosial.
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya, bukan budayanya.
Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :
1) Menurut A.L. Krober
§ Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
§ Mongoloid :
- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)
- American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
§ Kaukasoid :
- Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
- Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
- Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
§ Negroid :
- African Negroid (Benua Afrika)
- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)
- Melanesian (Irian, Melanesia)
§ Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok) :
- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)
- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
- Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
- Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)
2) Menurut Ralph Linton
- Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang- orang Indian di Amerika.
- Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
- Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman. Aborigin.
- Bagaimana dengan Indonesia ? Sub ras apa saja yang mendiami negara kita ini ?
- Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
- Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
- Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
- Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.
- Melayu, yang terdiri dari dua :
- Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
- Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar, Jawa, Sunda, dsb.
b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Apa yang dimaksud dengan suku bangsa atau etnis itu ? Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
- ciri fisik
- kesenian
- bahasa daerah
- adat istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
- di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dsb.;
- di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
- di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;
- di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang
- -Mangondow, Gorontalo, dsb.;
- di Kep. Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
- di Kep. Maluku dan : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
- Irian
c. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).
* Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada:
- Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin;
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
* Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb. Masyarakat di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.
d. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.
1) Komponen-komponen Agama
* Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
* Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
* Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
* Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
* Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
2) Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.
e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb. Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.
f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
g. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa;
- masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini : - perilaku
- tutur kata
- cara berpakaian
- cara menghias rumah, dsb.
h. Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran. Pada Pemilu tahun 1999 yang lalu terdapat 48 partai, pada Pemilu tahun 2004 mungkin jumlah partai sudah bertambah lebih banyak.



DAFTAR PUSTAKA
Dra. Kun Maryati & Juju Suryawati, S.Pd., Sosiologi jilid 1 untuk SMU kelas 2, Esis, Jakarta, 2001.
Drs. Laurent Widyasusanto, Penuntun Belajar Sosiologi jilid 1 untuk SMU, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1996.
Drs. Lukman Hakim & Dra. E.J. Ningsih, Sosiologi untuk SMU kelas 2, PT. Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1997.
Mohamad Anwar, Pegangan Sosiologi untuk kelas 2 SMU, Armico, Bandung, 1999.
Drs. Nursal Luth & Drs. Daniel Fernandez, Sosiologi dan Antropologi jilid 1, PT. Galaxy Puspa Mega, Jakarta, 1989.
Drs. Nursal Luth, Kamus Sosiologi dan Antropologi, PT. Galaxy Puspa Mega, Jakarta, 1992.














STRATIFIKASI SOSIAL
MASYARAKAT KUNO DAN MODERN


2.1Pengertian
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (vertikal), yakni pemisahan kedudukan anggota masyarakat ke dalam tingkat-tingkat kelas pada masyarakat.
Menurut Robert MZ. Lawang (dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com) Pelapisan sosilal merupakan penggolongan orang –orang dalam suatu sistam sosial tertentu secara hierarki menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
Jadi stratifikasi sosial adalah perbedaan yang terjadi baik disengaja atau tidak dalam masyarakat secara vertikal.
Stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai dalam masyarakat, misalnya: harta, kekayaan, ilmu pengetahuan, kesalehan, keturunan dan lain sebagainya. Stratifikasi sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai (Prof. Selo Sormardjan dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com).
Stratifikasi sosial akan menimbulkan kelas sosial, dimana setiap anggota masyarakat akan menempati kelas sosial sesuai dengan kriteri yang mereka miliki. Kelas sosial adalah golongan yang terbentuk karen adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas tersebut masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain (Hasan Sadili, dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com).
Adapun stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan modern berbeda karena kriteria sesuatu yang dihargai juga berbeda.

2.2Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Kuno
Masyarakat kuno sering disamakan dengan masyarakat pra-industri yang dalam hal ini dilekatkan dengan masyarakat pedesaan. Menurut Riedfeld (dalam Sosiologi 2 untuk SMU), masyarakat kuno (pra-industri) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.Agak rendah pengetahuan dan teknologinya
2.Komunitasnya kecil
3.Belum benyak mengenal pembagian kerja dan spesialisasi
4.Masih tidak banyak diferensiasi sosial
5.Tidak banyak heterogenitas
6.Adanya ciri-ciri orde moral, yaitu sebuah prinsip yang mengikat mekanisme masyarakat
Sedangkan stratifikasi sosial yang terjadi pada masyarakat kuno adalah:

2.3Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Modern
Masyarakat modern sering disebut dengan masyarakat industri yang juga sering dilekatkan dengan masyarakat kota. Adapun ciri-ciri masyarakat modern adalah sebagai berikut:
1.Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan pribadi
2.Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dan suasana saling mempengaruhi, kecuali penjelasan penemuan rahasia
3.Kepercayaan pada manfaat IPTEK sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4.Masyarakat tergolong pada macam-macam profesi serta keahlian masing-masing
5.Tingkat pendidikan formal yang tinggi dan merata
6.Hukum tertulis secara sangat kompleks
7.Hampir seluruh ekonomi adalah ekomomi pasar ( Selo Soemardjan dalam Sosiologi 2 untuk SMU)
Adapun stratifikasi sosial yang terjadi pada masyarakat modern adalah

2.4Dampak Stratifikasi Sosial pada Kehidupan Masyarakat
Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan mengerucut atau seperti piramida, hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin sedikit pula jumlah yang menempatinya.
Adapun dampak stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
1.Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
2.Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik
3.Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya
4.Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu, misalnya kolusi.
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Dari pembahasan bab II dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat
2.Stratifikasi sosial ada karena terdapat sesuatu yang dihargai
3.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan masyarakat modern berbeda karena perbedaan kriteria sosial yang digunakan
4.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno didasarkan atas
5.Stratifikasi sosial pada masyarakat modern didasarkan atas
6.Dampak dari stratifikasi sosial sangat besar karena pada kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan kebutuhan yang mereka butuhkan.

3.2Saran-saran
1.Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan
2.Tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi sosial, maka optimalisasi peran adalah yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA


1.Maftuh, bunyamin dan yadi ruyadi. 1996. Sosiologi 2 untuk SMU. Bandung: Ganeca Exact.

2.Http:// sosionamche. Blogspot. Com.

3.Http:// zuryawanisvandiar. Blogspot. Com.

Pengertian Diferensiasi Sosial Dan Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial

Masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan. Sebagai contohnya keragaman agama, ras, etnis, pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Tidak dapat dimungkiri keragaman ini menjadi potensi pokok munculnya konflik di Indonesia.



Perbedaan-perbedaan di atas terlihat secara horizontal. Perbedaan inilah dalam sosiologi dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.

Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal adanya tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan, etnis, dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

Ciri Dasar Diferensiasi Sosial

Pada dasarnya keberadaan diferensiasi sosial ditandai dengan adanya ciri-ciri utama, yaitu:

  • Ciri Fisik

Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.

  • Ciri Sosial

Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise, dan kekuasaan.
Contoh: pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

  • Ciri Budaya

Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.

MATERI SOSIOLOGI KELAS XI IPS SEMESTER II


BAB 4
KELOMPOK SOSIAL


I. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL
A. PENGERTIAN KELOMPOK SOSIAL
Definisi menurut beberapa ahli:
1. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, kelompok social sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

2. Soerjono Soekanto, kelompok social adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbale balik dan saling mempengaruhi
3. Hendropuspito, kelompok social sebagai suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.

Dapat disimpulkan bahwa kelompok social adalah sekumpulan manusia yang memiliki persamaan cirri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya

SYARAT KELOMPOK SOSIAL
1. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia bagian dari kelompok tsb.
2. Adanya hubungan timbal balik antaranggota 
3. Adanya faktor pengikat, seperti kesamaan ideologi, kesamaan kepentingan atau kesamaan nasib 
4. Memiliki struktur, kaidah dan pola perilaku
5. Bersistem dan berproses 

B. CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL
1. Merupakan kesatuan nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia lain
2. Memiliki stuktur sosial yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu
3. Memiliki norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya
4. Memiliki kepentingan bersama
5. Adanya interaksi dan komunikasi di antara para anggotanya 

II. DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL
1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)
Misalnya : kelompok arisan, kelompok seniman, kelompok olahragawan
2. Faktor darah dan keturunan yang sama (Common Ancestry) 
Misalnya : kelompok keturunan Arab, kelompok keturunan Cina 
3. Faktor geografis
Misalnya : masyarakat yang tinggal di daerah Pantai membentuk kelompok nelayan
4. Faktor daerah asal yang sama
Misalnya : KMJB (Keluarga Mahasiswa Jabar), Keluarga Besar Minang

III. MACAM-MACAM KELOMPOK SOSIAL

A. Klasifikasi menurut cara terbentuknya
1. Kelompok semu 
Ciri-ciri kelompok semu :
- Tanpa rencana dan terbentuknya secara spontan
- Tidak terorganisir dalam suatu wadah tertentu
- Tidak ada interaksi, tidak ada interrelasi, dan tidak ada komunikasi secara terus-menerus
- Tidak ada kesadaran berkelompok
- Kehadirannya tidak konstan 
a. Kerumunan 
Bentuk-bentuk kerumunan
• Formal audience / khalayak penonton / pendengar resmi: mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan tetapi sifatnya sangat pasif
Contoh : penonton boiskop, hadirin suatu khotbah
• Planned expressive group : kerumunan yang tidak begitu mementingkan pusat perhatian tetepi mempunyai persamaan tujuan serta kepuasan yang dihasilkan
Contoh : orang yang berdansa, berpesta dan berekreasi
• Inconvenient causal crowds: kerumunan yang bersifat terlalu sementara yang ingin mempergunakan fasilitas-fasilitas sama
Contoh : orang antri karcis, orang yang menunggu bis 
• Panic causal crowds / kerumunan panik: orang-orang dalam keadaan panik yang sedang berusaha menyelamatkan dari suatu bahaya
• Spectator causal crowds / kerumunan penonton : terjadi karena orang-orang ingin melihat suatu peristiwa tertentu, hampir sama dengan khalayak penonton tetapi kerumunan penonton tanpa direncanakan 
• Acting lawless crowds / acting mob / kerumunan emosional : mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma- norma social
• Immoral lawless crowds / kerumunan tak bermoral : segala tindakannya berlawanan dengan norma-norma pergaulan hidup 

b. Massa 
Ciri-ciri massa
• Terdiri dari orang-orang dalam segala lapangan dan tingkatan sosial 
• Anonim dan heterogen 
• Tidak terdapat interaksi dan interelasi 
• Tidak mampu bertindak secara teratur 
• Adanya sikap yang kurang kritis, gampang percaya pada pihak lain, amat sugestible (mudah dipengaruhi) 

c. Publik 
Ciri-ciri publik (khalayah ramai) 
• Kelompok yang tidak teratur 
• Interaksi secara tidak langsung melalui media massa 
• Perilaku publik didasarkan pada perilaku individu 
• Anonim dan terdiri atas berbagai lapisan masyarakat 
• Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah 
• Minat yang sama tersebut belum tentu mempunyai opini atau pendapat yang sama terhadap suatu masalah
• Berusaha menguasai masalah tsb
• Adanya kecenderungan mereka berfikir rasional 

2. Kelompok nyata 
a. Statistical Group (Kelompok Statistik) 
Ciri-ciri kelompok statistik 
• Tidak direncanakan, tidak disengaja, tidak berarti sangat mendadak / spontan tetapi sudah terbentuk dengan sendirinya 
• Tidak terhimpun dan tidak terorganisir dalam wadah tertentu 
• Tidak ada interaksi, tidak ada interrelasi, dan tidak ada komunikasi secara terus-menerus 
• Tidak ada kesadaran berkelompok
• Kehadirannya konstan 
b. Societal Group (Kelompok Sosieta)
Ciri-ciri kelompok sosieta
• Tidak direncanakan, tidak sengaja, terbentuk dengan sendirinya 
• Kemungkinan terhimpun dalam suatu wadah tertentu 
• Kemungkinan terjadi interaksi, interrelasi, atau komunikasi
• Kemungkinan terjadi kesadaran kelompok
• Kehadirannya konstan 
c. Social Group (Kelompok Sosial)
Sering disamakan dengan masyarakat dalam arti khusus. Terbentuk karena adanya unsure-unsur yang sama, seperti tempat tinggal, pekerjaan yang sama, kedudukan yang sama, atau kegemaran yang sama.
Memiliki anggota yang berinteraksi dan melakukan komunikasi secara terus menerus.
Contoh: tetangga, teman
d. Associational Group (Kelompok Assosiasi)
Ciri-ciri kelompok asosiasi
• Direncanakan atau sengaja dibentuk
• Terorganisir secara nyata dalam suatu wadah
• Ada interaksi dan interrelasi serta komunikasi secara terus-menerus
• Adanya kesadaran kelompok yang kuat
• Kehadirannya konstan
Contoh: dalam lembaga pendidikan, kesatuang angkatan bersenjata
B. Klasifikasi menurut erat longgarnya ikatan antaranggota
Menurut Ferdinand Tonnies:
a. GEMEINSCHAFT (PAGUYUBAN)
Kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal 
Bentuk gemeinschaft
• Gemeinschaft by blood (ikatan darah) 
Contoh : keluarga , kelompok kekerabatan
• Gemeinschaft of place ( tempat)
Contoh : Rukun Tetangga, Rukun Warga
• Gemeinschaft of mind (dasar ideologi): terdiri dari individu yang memiliki jiwa dan pikiran yang sama karena ideologi yang sama 
b. Gesselscaft (patembayan) : ikatan lahir yang bersifat pokok untuk waktu yang yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan bersifat sebagai suatu bentuk pikiran belaka
Ciri-ciri gesselshaft :
• Hubungan terbatas pada urusan tertentu
• Hubungan antar peran dan status
• Bersifat publik life 

C. Klasifikasi kelompok sosial menurut pencapaian tujuan 
a. Kelompok formal : memiliki peraturan tegas dan sengaja dibuat oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antaranggotanya
b. Kelompok informal : terbenhtuk karena pertemuan yang berulang-ulang dan merasa memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama 

D. Klasifikasi menurut pendapat Merton
a. Membership group
merupakan kelompok social yang setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut
b. Reference group
kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan perilakunya sesuai dengan kelompok acuan.

E. Klasifikasi menurut sudut pandang individu
a. In group (kelompok sendiri)
kelompok social tempat individu mengidentifikasikan dirinya
b. Out group (kelompok luar)
kelompok yang menjadi lawan in group, menjadi dasar munculnya sikap etnosentris

F. Klasifikasi menurut kualitas hubungan antar anggota
a. Kelompok primer
Suatu kelompok yang hubungan antar anggota saling mengenal dan bersifat informal
b. Kelompok sekunder
suatu kelompok yang hubung antaranggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat.


BAB 5
DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL


I. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

- Menurut Floyd D, dinamika kelompok merupakan analisis hubungan kelompok-kelompok social dimana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi social tertentu.
- Ruth Benedict, persoalan yang dikaji dalam dinamika kelompok social adalah:
• Kohesi atau persatuan, akan terlihat tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok (proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan,dan nilai-nilai dalam kelompok)
• Motif atau dorongan, berkisar pada perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok (kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok)
• Struktur, terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota, dan pemabgian tugas
• Pimpinan, pimpinan sangat penting pada kehidupan kelompok social (bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, dan system kepemimpinan
• Perkembangan kelompok, dapat dilihat dari perubahan dalam kelompok, perpevahan kelompok, keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok, 

Beberapa alasan penting mempelajari dinamika kelompok sosial :
• Kelompok sosial merupakan kesatuan-kesatuan soaial yang selalu ada dalam setiap masyarakat.
• Dinamika kelompok sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan yang relevan 

II. Faktor pendorong dinamika kelompok social

1. Faktor pendorong dari luar kelompok
 Perubahan situasi social
§
Seperti pemekaran sebuah wilayah, masuknya industrialisasi ke pedesaan, dan adanya penemuanp-penemuan baru
 Perubahan situasi ekonomi
§
Masyarakat perkotaan memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi dibanding masyarakat pedesaan
 Perubahan situasi Politik
§
Pergantian elite politik menyebabkan perkembangan kelompok-kelompok social masyarakat,

2. Faktor pendorong dari dalam
 Adanya konflik antaranggota kelompok
§
Menyebabkan keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial
 Adanya perbedaan kepentingan
§
Kelangsungan kelompok akan terancam, karena anggota yang tidak sepaham akan berusaha memisahkan diri
 Adanya perbedaan paham
§
Perbedaan paham akan mempengaruhi kelompok social secara keseluruhan


III. PROSES PERKEMBANGAN BERBAGAI KELOMPOK SOSIAL

1. KELOMPOK KEKERABATAN
Merupakan kelompok social terkecil dalam masyarakat.
Menurut William Goode, macam keluarga:
 Keluarga inti/keluarga batih/nuclear family: terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah
§
 Keluarga luas/extended family: keluarga inti yang berkembang menjadi hubungan darah yang meluas menjadi kekerabatan
§
Menurut Clayton, mecam keluarga:
 Keluarga konsanguinal : menekankan pada pentingnya ikatan-ikatan darah, seperti hubungan antara seseorang dengan orang tuanya dianggap lebih penting daripada ikatan antara suami atau isterinya
§ 
 Keluarga konjugal : keluarga yang lebih mementingkan hubungan perkawinan (suami dan isteri) daripada ikatan dengan orang tuanya
§
Tipe keluarga yang lain:
 Kelurga orientasi ( family of orientation): jika individu dilahirkan olah pasangan suami istri kelurga ybs / keluarga dimana individu dilahirkan dan mengalami proses sosialisasi yang terpenting (individu sebagai anak)
§
 Keluarga prokreasi (family of proceation): apabila seseorang yang mula-mula dari keluarga orientasi, kemudian terjadi perkawinan beralih menjadi kelurga prokreasi
§ 

2. Kelompok okupasional
Kelompok-kelompok profesi yang terdiri dari kalangan profesional yang memiliki etika profesi

3. Kelompok Volunteer
Terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama tetapi tidak mendapat perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya jangkauannya.
Kelompok volunter memenuhi kebutuhan anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat umum.
Contoh : Kelompok volunter di Indonesia adalah KIPP (Komite Independen Pemantau Pemilu)

4. Masyarakat pedesaan (Rural Community)
Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang umumnya memiliki mata pencaharian bertani atau berkebun. Sestem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara anggotanya.
Pedrubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola pikir masyarakatnya terutama pola generasi tua yang mendasarkan pada tradisi.
Ditambah lagi kurangnya proses pemerataan pembanguna dan informasi menimbulkan kondisi yang kontras antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan

5. Masyarakat perkotaan
Masyarakat kota merupakan kelompok social yang mendiami wilayah yang luas, bermatapencaharian sector industry, jasa dan perdagangan.
Keanggotaan tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi.
Karena mempunyai tatanan nilai yang heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama dan adat istiadat, menjalankankan fungsi administrative dan pusat komersial dan bahkan pusat konsentrasi kegiatan yang menjadi indicator modernisasi menyebabkan kota menjadi daya tarik bagi warga desa untuk melakukan urbanisasi.

Faktor pendorong Urbanisasi
 Sempitnya lapangan pekerjaan di desa
§ 
 Adanya generasi muda yang ingin memperbaiki kehidupan dan membebaskan diri dari adat-istiadat
§ 
 Kesempatan menambah ilmu di desa sangat terbatas
§

Faktor penarik Urbanisasi
 Kota adalah pusat kegiatan perekonomian, pemerintahan, administratif dan industri
§ 
 Kota menghimpun modal yang lebih besar
§ 
 Kota memberikan peluang yang tidak terbatas
§ 
 Industrialisasi di kota menambah peluang lapangan kerja yang lebih banyak
§

Faktor penyebab masyarakat kota bersifat dinamis :
 Faktor pendidikan
§ 
Stratifikasi social didasarkan pada keahlian yang diperoleh melalui pendidikan
 Urbanisasi
§
Kalompok social berubah karena dengan adanya urbanisasi menyebabkan penduduk kota banyak, pengangguran banyak, tingkat kriminalitas tinggi, tidak mudah percaya terhadap orang lain, dan sikap individualistis 
 Komunikasi
§ 
Informasi dan komunikasi semakin cepat melalui berbagai media memberikan informasi yang dapat mendorong perkembangan dan perubahan masyarakat kota
 Industrialisasi dan mekanisasi
§
Menyebabkan masyarakat kota tergantung kepada mesin-mesin yang telah meringankan pekerjaan. Adanya spesialisais pekerjaan menyebabkan masyarakat kota ahli dalam bidang tertentu dan kurang mampu pada pekerjaan yang lain

Perkembangan masyrakat kota ditijau dari berbagai aspek:
• Aspek ekonomi
Perkembangan ekonomi dapat dilihat dari pembangunan pasar swalayan, alat pembayaran tidak hanya uang (dengan kartu kredit)
• Aspek social
Kelompok kekerabatan mulai memudar diganti kelompok berdasarkan kepentingan yang sama, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi.
• Aspek politik
Masyarakat mulai tanggap dan kritis terhadap kehidupan politik, sehingga lebih dinamis.
• Aspek budaya
Keterbukaan terhadap dunia luar menyebabkan masyarakat kota merasa lebih modern bila mengadaptasi budaya asing dan mulai meninggalkan budaya tradisional

Dampak perkembangan masyarakat kota:
1. Dampak positif
• Tingkat pendidikan lebih merata
• Kominikasi dan informasi lebih cepat dan mudah
• Profesionalitas lebih terjaga
• Pembangunan dalam berbagai bidang lebih terjamin
2. Dampak negative
• Munculnya sikap individualistis
• Memudarnya nilai kebersamaan
• Munculnya sikap kurang mempercayai pihak lain
• Memudarnya perhatian terhadap budaya local dan budaya nasional terutama para generasi mudanya


BAB 6
MASYARAKAT MULTIKULTURAL


I. PENGERTIAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL

a. Menurut J.S Furnivall
Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam satu kesatuan politik
b. J. Nasikun
Masyarakat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara structural memilki sub-subkebudayaan yang bersifat diverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya system nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga system nilai dari kesatuan-kedsatuan social serta sering munculnya konflik-konflik social
c. Menurut Van den Berg
Masyarakat multicultural memiliki karakteristik :
• Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain
• Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
• Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai social yang bersifat mendasar
• Relative sering terjadi konflik diantara kelompok yang ada
• Secara relative integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di bidang ekonomi
• Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.

Ciri-ciri masyarakat multicultural secara umum:
 Adanya pengakuan terhadap perbedaan
n & kompleksifitas kehidupan .
 Adanya perlakuan yan g sama terhadap semua komunitas baik yang mayoritas maupun minoritas .
n
 Kesederajatan kedudukan dalam keaneragaman dan perbedaan secara individu / kelompok .
n
 Penghargaan yan g tinggi terhadap HAM dan saling menghormati .
n
 Adanya kebersamaan , kerjasama dan hidup berdampingan
n 

Jenis-jenis masyarakat multikultur/majemuk
1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang
Terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang memiliki kekuatan kompetisi seimbang

2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan
Terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnik yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang
3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan
Kelompok minoritas memiliki kekuatan kompetitif di atas yang lain sehingga mendominasi politik dan ekonomi
4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi
Tidak ada satu kelompokpun mempunyai posisi politik atau ekonomi dominan


II. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASYARAKAT MULTIKULTURAL INDONESIA
1. Keadaan geografis
Terdiri dari 17 ribu pulau merupakan factor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya multicultural suku bangsa di Indonesia
2. Pengaruh kebudayaan asing
Karena terletak di jalur perlintasan menungkinakan penyebaran agama dan kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang
3. Kondisi iklim yang berbeda
Perbedaan tempat tinggal, dipantai dan dipedalaman, perbedaan curah hujan dan kesuburan menyebabkan masyarakat Indonesia berbeda.

Integrasi masyarakat Indonesia dalam kesatuan wilayah Republik Indonesia dipicu oleh peristiwa:
1. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis dan social.
2. Kekuasaan kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa di Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita
3. Selama pergerakan nasional, para pemuda Indonesia telah menolak menonjolkan isu kesukubangsaan dan melahirkan Sumpah Pemuda 
4. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia RI 17 Agustus yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.

III. KEANEKARAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI INDONESIA

Menurut Koentjaraningrat, klasifikasi keanekaragaman warna masyarakat dan kebudayaan di Indonesia adalah:
1. Tipe Masyarakat berdasarkan system berkebun yang sangat sederhana
2. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di lading atau sawah
3. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di lading atau sawah dengan orientasi kota
4. Tipe masyarakat pedesaan dengan berdasarkan bercocok tanam di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya
5. Tipe masyarakat perkotaan 
6. Tipe masyarakat metropolitan

Pengelompokan dalam beberapa kelompok tertentu:
1. kelompok etnis
Bentuk kelompok yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan system politik serta telah mengembangkan subkulturnya sendiri.
Kelompok etnis yang ada di Indonesia:
• Pulau Sumatra (suku Aceh, Minangkabau, Melayu, Bengkulu, Batak, Mentawai, Nias, Palembang, Lampungh)
• Pulau Kalimantan (suku Dayak, Banjar, Melayu)
• Pulau Jawa (suku Jawa, Sunda, Badui, Tengger, Betawi)
• Pulau Sulawesi (suku Minahasa, Sangir, Bolang Mangondo, Gorontalo, Toraja, Bugis, Makasar, Mandar)
• Pulau Bali (suku Bali Aga, orang Bali pendatang)
• Pulau Maluku (suku Ambon, Kei, Tual, Dobo, Morotai)
• Pulau Papua (suku Waigeo, Bantanta, Timika, Asmat, Dani, Kubu Anak dalam)
• Pulau Nusa Tenggara (suku Sasak, Dompu, Helong, Timor, Lio, Alor)

2. Kelompok keagamaan
Indonesia terdiri atas banyak pemeluk umat beragama.

3. Kelompok social berdasarkan stratifikasi social
Stratifikasi tidak hanya mendasarkan pada aspek ekonomi saja, tetapi orang mulai berlomba menaikkan status social dengan pendidikan

IV. MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL

1. Kesenjangan Multidimensional
Terdapat kesenjangan hamper semua aspek kehidupan.
a. Kesenjangan aspek kemasyarakatan
Mencakup penyelenggaraan organisasi social, system politik, dan system hokum
b. Kesenjangan sosiografis antara pulau Jawa dan pulau-pulau di Indonesia
Kesenjangan dalam hal kepadatan penduduk, kemajuan pendidikan, dan tingkat kemakmuran serta keterlibatan dalam komunikasi serta telekomunikasi nasional maupun internasional
c. Kesenjangan yang berkaitan dengan aspek materiil
Perkembangan industrialisasi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa telah memperbesar kesenjangan Jawa dan luar Jawa.
d. Kesenjangan antara mayoritas dan minoritas
• Kesenjangan antara pribumi dan non pribumi
• Kesenjangan antara penganut agama mayoritas dan penganut agama minoritas
• Kesenjangan antara kaya dan miskin
• Kesenjangan dalam bidang sosiokultural yang menyangkut struktur piramida kekuasaan

2. Konflik antaretnis dan antarpemeluk agama yang berbeda
Konflik antar suku bangsa adalah konflik antara kelompok suku bangsa yang etrgolong pribumu dengan kelompok suku bangsa yang etrgolong pendatang, yang diakibatkan oleh adanya perbuatan sejumlah warga pendatang(oknum) yang bertindak sebagai preman dan criminal yang telah mendominasi hamper keseluruhan bidang kehidupan dengan cara-cara kekerasan dan terror
Dampak dari pendominasian kekerasan dan terror:
a. kemunculan kesadaran dan kemantapankesukubangsaan pada mereka yang merasa ditidakadili dan yang menjadi tidak berdaya sebagai lawan dari kesukubangsaan para preman dan orang-orang yang tergolong sebagai suku bangsa preman
b. Kemunculan dan kemantapan stereotif dan prasangka terhadap mereka yang tergolong suku bangsa preman dan pelaku criminal yang didasari oleh kebencian yang mendalam.
c. Munculnya perlawanan secara perorangan dan kelompok-kelompok kecil dari masyarakat terhadap dominasi preman dan pelaku criminal.

V. Perkembangan Keanekargaman dalam Masyarakat

Interaksi yaitu berkumpulnya anggota kelompok yang berbeda dalam satu kelompok sosial yang sama. Suatu kelompok social berdasarkan atas persamaan daerah, suku bangsa, agama, ras, dan lapisan social sehingga dapat disatukan menjadi sebuah kelompok social.
Dalam kelompok social itu terjadi persilangan ( interseksi ) maupun konsolidasi, misalnya antara Klan dan suku bangsa. Keadaan demikian oleh Peter M. Blau disebut sebagai intersected social structure dan consolidated social structure.

A. Intersected social structure
Suatu struktur social dinamakan intersected apabila keanggotaan para warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social yang ada bersifat silang – menyilang (interseksi). Sebuah kelompok terdiri dari berbagai latar belakang suku, ras, agama, dll.
Keanggotaan para warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social yang saling menyilang ( intersected atau cross cutting affiliation ) akan menimbulan terjadinya loyalitas yang juga silang – menyilang ( cross cutting loyalities ).
Interseksi ( Persilangan ) Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok-Kelompok Sosial :
Interaksi merupakan gambaran tentang terjadinya persilangan keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok social tertentu, hal ini terjadi akibat adanya sifat keterbukaan dalam system pelapisan social dan diferensiasi social yang ada dalam masyarakat.
Contohnya adalah orang dari suku Jawa, Madura, Sunda yang masuk menjadi anggota partai A sehingga tergolong pada masyarakat yang berpartisipasi palitik di partai A.





Cross cutting affiliations yang melahirkan cross cutting loyality, selain dapat meredakan konfllik juga dapat digunakan sebagai penyeimbang untuk mencegah terjadinya konflik yang tajam di antara suku – suku bangsa. 
Jadi, konsekuensi perubahan interseksi terhadap diferensial adalah perubahan yang mengarah pada kemajuan dalam segala aspek kehidupan dengan maksud mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih ber- Bhineka Tunggal Ika.

Proses persilangan antarkelompok masyarakat akan memberikan dampak sebagai berikut 
1. Melahirkan perasaan saling memiliki dan tanggung jawab 
2. Mengikat, terhadap tempat atau wadah keanggotaannya 
3. Tetap memilki loyalitas terhadap kelompok sosialnya 
4. Mengecek terjadinya konflik antarkelompok social tersebut 
5. Mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

B. Consolidated social structure
Struktur social masyarakat disebut consolidated apabila terjadi tumpang tindih parameter, sehingga terjadi penguatan identitas keanggotaan warga masyarakat di dalam kelompok social. Sebuah kelompok social merupakan wadah orang – orang yang stu ras, satu suku bangsa, atau satu agama

Konsolidasi Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok Sosial
Kata konsolidasi berasal dari bahsa latin consolidation, yang artinya penguatan. Konsolidasi adalah gambaran tentang terjadinya proses memperkuat hubungan, persatuan, atau tumpang tindihnya keanggotaan warga masyarakat dalam kelompok – kelompok social tertentu akibat adanya sifat keterbukaan dalam system deferensiasi.

Proses Interaksi dan Konsolidasi Keanggotaan Warga Masyarakat dalam Kelompok Sosial :
Proses kehidupan bermasyarakat mulai dari adanya kelompok yang paling kecil yang disebut keluarga. Dari keluarga tersebut auatu kelompok yang disebut Klan. Klan adalah kelompok kekerabatan yang menyusun hubungan melalui keturunan ayah ( patrilineal ) dan garis keturunan ibu ( matrilineal ) yang menunjukkan adanya integrasi social, seperti kesatuan wilayah, adapt istiadat, hak – hak istimewa. Contohnya adalah perkawinan wanita dari Bali denagn seorang laki – laki dari suku Jawa. Kemudian dalam upacara perkawinan tersebut menggunakan upacara adat dari kedua suku tersebut, sehingga terwujud keserasian dan keharmonisan.





Konsekuensi Konsolidasi dalam Masyarakat Multikultural 
Di dalam masyarakat Indonesia konsolidasi atau konsolidasi atau tumpang tindih keanggotaan dapat dilihat seperti contoh di bawah ini.
Orang Bali identik dengan Hindu, orang melayu identik dengan orang Islam, dan orang Minahasa identik dengan Kristen Protestan. Akibat adanya tumpang tindih ( konsolidasi ) keanggotaan ini anggota masyarakat dapat digolongkan menurut suku bangsa sekaligus juga dapat digolongkan menurut agama

Dari contoh diatas, terlihat bahwa terjadi tumpang tindih parameter sehingga terjadi penguatan identitas keanggotaan warga masyarakat di dalam kelompok social. Adanya kelompok social yang berusaha mempertahankan identitas dirinya seperti suku bangsa dan agama ini dinamakan primoordialisme.
Primordialisme yang terbentuk ini dapat berdampa positif dan negative. Apabila primordialisme itu diarahkan untuk memelihara kekerabatan serta budaya daerah dalam menunjang persatuan bangsa dan terpeliharanya kebudayaan nasional bangsa maka primordialisme dikatakan berdampak positif.

Primordialisme juga dapat bersifat negative jika primordialisme melahirkan sikap rasialisme, sukuisme, dan primordialisme ekstrimisme sehingga akan mengganggu dan memudarkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Adanya primordialisme sebagaimana diuraikan diatas, juga mendorong lahirnya berbagai organisasi social politik, diantaranya adalah Partai Nasional Indoneaia ( PNI ), Majelis Syura Muslim Indonesia ( Masyumi ). Di samping itu ada pula organisasi – organisasi lainnya yang bersifat kedaerahan, antara lain Jong Java, Jong Sumatera Bond, dll.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsekwensi perubahan konsolidasi terhadap diferensiasi social pada masa lalu hanya sekedar untuk mengikat persatuan bagi kepentingan kelompok atau kepentingan tertentu. Sedangkan masa sekarang konsolidasi mengikat persatuan untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan Negara di segala bidang.

VI. Masalah Perkembangan Kelompok Sosial 

1. Primordialisme 
Primordialisme adalah paham atau ide dari anggota masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk berkelompok sehingga terbentuklah suku – suku bangsa.
Latar belakang timbulnya primordialisme antara lain sebagai berikut 
Adanya sesuatu yang dianggap istimewa pada ras, suku bangsa, daerah asal, dan agama.
Ingin mempertahankan keunggulan kelompok atau komunitas dari ancaman luar.
Adanya nilai – nilai yang dijunjung tinggi karena keterkaitann dengan system keyakinan, misalnya nilai keagamaan dan falsafah hidup di dalamnya.

Dampak negative dari primordialisme antara lain
1. Menghambat hubungan antarbangsa 
2. Menghambat proses asimilasi dan integrasi 
3. Mengurangi bahkan menghilangkan objektivitas ilmu pengetahuan.
4. Penyebab terjadinya diskriminasi ( perbedaan secara sengaja terhadap) golongan tertentu yang didasarkan pada ras, agama, mayoritas, dan minoritas masyarakat ).
5. Merupakan kekuatan terpendam ( potensi ) terjadinya konflik antara suku suku bangsa.
Sedangkan dampak sisi positif primordialiisme antara lain sebagai berikut 
1. Meneguhkan cinta tanah air
2. Mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa 
3. Mempertinggi semangat patriotisme 
4. Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya 


2. Etnosentris 
Etnosentris adalah sikap menilai unsur – unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayaan sendiri. Dapat diartikan pula sebagai sikap yang menganggap cara hidup bangsa merupakan cara hidup yang paling baik.

Dampak negatifyang lebih luas dari sikap etnosentris lainnya, yaitu :
• Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuaan 
• Menghammbat pertukaran budaya 
• Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda 
• Memecu timbulnya konflik social

Bukti adanya sikap Etnosentris adalah hamper setiap individu merasa bahwa kebudayaan yang paling baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan lainnya. Misalnya, sebagai berikut :
Bangsa Amerika angga akan kekayaan materinya.
Bangsa Prancis bangga akan bahasanya 
Bnagsa Italy bangga akan musiknya 

3. Pengertian aliran politik 
Politik aliran berasal dari kata pliyik dan aliran, politik artinya segala urisan dan tindakan ( kebijakan dan siasat ) mengenai pemerintahan Negara. Sedangkan aliran, artinya haluan, pendapat, paham politik, dan pandangan hidup.
Jadi politik aliran adalah sebagai suatu kebijakan atau siasat yang dijadikan haluan, paham politik, atau pandangan hidup oleh suatu orang atau kelompok masyarakat.

Proses Perkembangan Politik Aliran 
Perkembangan kehidupan politik (system politik) sebagai konsekuensi adanya kehidupan masyarakat yang majemuk (diferensiasi social) dan pelapisan social (stratifikasi social) disamping proses–proses social yang lain.

Perkembangan Politik Aliran di Indonesia
Adanya politik aliran pada masa lalu yang bersifat primordial antara lain terlihat seperti, adanya Partai Nasonal Indonesia ( PNI ), Persatuan Rakyat Marheni Indonesia ( PERMAI ), Partai Buruh Indonesia ( PBI ), dll.