Saluran Mobilitas Sosial Untuk Mempermudah Terjadinya Proses Mobilitas Sosial
Perubahan Tempat Tinggal
Contohnya seseorang yang sekarang tinggal di desa atau kelurahan A, karena sesuatu hal ia pindah ke desa atau kelurahan B. Dengan demikian ia melakukan perpindahan kedudukan pada level yang sama tetapi hanya tempatnya saja yang berbeda. Perpindahan tempat tinggal juga dapat mengubah kedudukan sosialnya. Misalnya seseorang yang berpindah rumah dari daerah perkampungan ke daerah perumahan elit. Dalam hal ini, di samping terjadi mobilitas horizontal juga terjadi pula perubahan status sosial.
Menurut Pitirim Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi, dan keahlian.
Perkawinan
Perkawinan secara otomatis akan mengubah status sosial seseorang. Dengan perkawinan, seseorang membentuk sebuah keluarga baru. Apabila dalam keluarga sudah memiliki anak, maka yang laki-laki (suami) akan berubah statusnya menjadi seorang ayah. Sebaliknya, seorang perempuan (istri) akan menjadi seorang ibu. Perkawinan dapat pula mengubah status sosial lainnya.
Contohnya seorang wanita biasa yang menjadi istri pejabat misalnya bupati, maka ia otomatis akan menjadi orang yang dihormati sebagaimana istri pejabat. Ia akan ikut berubah status sosialnya. Demikian pula jika ia kawin dengan seorang lurah atau dokter. Ia mendapat sebutan sebagai bu lurah atau bu dokter, walaupun ia tidak pernah menjadi lurah atau sekolah dokter.
Keanggotaan dalam Organisasi
Seseorang yang menjadi anggota organisasi misalnya partai politik, di masyarakat ia akan memiliki status yang lebih tinggi dari orang lain yang tidak ikut dalam organisasi. Terlebih lagi ia akan naik statusnya apabila dapat menjadi ketua organisasi tersebut. Dengan menjadi ketua berarti ia akan menjadi pemimpin suatu golongan masyarakat. Bahkan dengan menjadi ketua atau anggota partai politik, mungkin ia dapat menjadi seorang pejabat seperti bupati, gubernur, menteri bahkan menjadi presiden.
Tingkat Pendidikan
Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran konkrit dari gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan di mana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu pula, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu.
Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat dimasuki oleh lapisan yang rendah, maka dia akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal. Di Indonesia, secara relatif dapat dilihat kedudukan apa yang ditempati oleh mereka yang hanya tamat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Perguruan Tinggi, dan seterusnya, walaupun kenyataan belum menunjukkan adanya kedudukan yang sesuai bagi mereka dalam hal-hal tertentu. Contohnya sebuah perusahaan menerima pegawai 2 orang,
yang satu berpendidikan SMP dan yang satu SMA.
Tentu dalam penempatan pegawai akan terdapat perbedaan. Orang yang lulus SMA mungkin akan ditempatkan sebagai staf administrasi, sedangkan yang lulusan SMP hanya sebagai pesuruh. Tentunya gaji yang diperolehnya pun juga akan berbeda. Peluang untuk meningkatkan karir akan lebih terbuka bagi yang lulusan SMA.
Jika pegawai yang lulusan SMA kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi maka tidak menutup kemungkinan akan membuka peluang karirnya menjadi pimpinan perusahaan. Hal ini berarti akan meningkatkan status dan juga penghasilannya. Sedangkan bagi pegawai yang hanya lulusan SMP, ia tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan demikian berarti ia sulit untuk meningkatkan status sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar